Aliran Dan Paham Sesat Di Indonesia
Dari kriteria diatas dapat membuka tabir keberadaan aliran-aliran yang diasumsikan sesat, dan menyesatkan dalam beberapa decade berkembangnya di Indonesia dewasa ini. Sepuluh poin yang dikemukakan oleh MUI ini bukan tanpa dasar, bahkan dilandasi oleh banyak dalil dari Al Qur’an dan hadits serta bersesuaian dengan prinsip-prinsip Ahlussunnah Wal Jama’ah. Namun tidak memungkinkan bagi penulis untuk membahasnya secara rinci di sini. Selain itu, penulis juga merasa perlu untuk membahas ciri-ciri lain dari aliran-aliran sesat yang berkembang di Indonesia, di antaranya yaitu.
Note that Text-To-Speech (TTS) support varies from device to device. And the combination of Geneva Bible and Giovanni Diodati Bibbia and its navigation makes this ebook unique. Some devices do not support it. It puts any verse at your fingertips and is perfect for the quick lookup. Una porta nel cielo epub.
Dan hidup subur di wilayah Indonesia. 13 aliran itu. Unsur aliran sesat dan faham. Ajaran dinyatakan aliran sesat. “Suatu paham atau aliran. Buku Aliran Dan Paham Sesat Di Indonesia menjelaskan perkembangan aliran sesat dan penyimpangannya, Dapatkan discount 20% All Book's,Hub SMS/WA: 6.
Sebagian aliran sesat memiliki amalan-amalan tertentu yang nyeleneh. Misalnya, ada aliran sesat yang memerintahkan pengikutnya bersetubuh di depan pemimpinnya, atau aliran yang membolehkan shalat tanpa berwudhu, atau aliran yang mengharuskan pengikutnya pergi mengembara (khuruj) dalam jangka waktu tertentu. Dikatakan nyeleneh karena tidak ada dasarnya dari Al Qur’an, hadits atau contoh dari para sahabat.
Padahal Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam melarang keras berbuat sesuatu dalam agama kecuali ada landasannya dari dalil. Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Semua dosa terhapus dengan menyumbang infaq sebesar sekian juta kepada imam, atau semua dosa hangus jika ikut ‘hijrah’, atau semua dosa sirna jika berhasil mengajak sekian orang menjadi pengikut. Itulah yang dijanjikan sebagian aliran sesat. Padahal tentunya kita semua sepakat masalah pengampunan dosa adalah kuasa Allah Ta’ala.
Jadi, perkara yang dapat menghapus dosa tentunya harus sesuai dengan yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala melalui Al Qur’an atau melalui lisan Nabi-Nya shallallahu ’alaihi wa sallam. Semisal puasa Asyura’, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Puasa ’Asyura’ akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Juga amal-amal kebaikan, dapat menghapuskan dosa-dosa. Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Sesungguhnya amal-amal kebaikan menghapuskan amal-amal keburukan” (Q.S.
Namun kepastian diampuni dan besarnya ampunan berpulang pada kehendak Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, namun Allah mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Ia kehendaki” (Q.S. An Nisa: 48). Sungguh sayang sebagian ummat Islam di masa ini gemar mengajak orang untuk berkelompok-kelompok dalam agama. Kelompok-kelompok tersebut pun dijadikan tolak ukur loyal dan benci (wala wal baro’). Lebih parah lagi jika ditambahi dengan taqlid buta dengan kelompoknya. Sehingga ia mati-matian berpegang teguh pada aturan-aturan kelompok, serta membela tokoh-tokoh kelompok meskipun bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Jika demikian, mereka telah menyimpang dari jalan yang benar.
Karena Allah Ta’ala memerintahkan ummat Islam untuk bersatu di atas kebenaran. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Berpegang teguhlah kalian pada tali Allah, dan janganlah kalian berpecah-belah” (QS. Al Imran: 103).
Imam Ahmad bin Hambal atau dikenal dengan Imam Hambali berkata, “(Pokok keyakinan Ahlus Sunnah menurut kami, salah satunya adalah) tidak halalnya memerangi penguasa muslim yang sah. Dan tidak halal bagi seorang pun untuk memberontak kepadanya. Orang yang memberontak dan memeranginya maka ia adalah ahli bid’ah yang telah keluar dari jalan kebenaran.” (Lihat Ushul As Sunnah).
Islam mengajarkan ummatnya agar patuh kepada penguasa, presiden, raja, perdana menteri atau sejenisnya dan tidak memberontak, meskipun ia adalah penguasa yang zhalim. Selama ia seorang muslim yang mengerjakan shalat. Jika ia seorang yang zhalim, maka kewajiban rakyat adalah memberi nasehat dengan cara yang baik, bukan memberontak dan tetap taat kepadanya pada hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariat.
Suatu ketika seorang sahabat, yaitu Salamah bin Yazid Al Ju’fiy bertanya kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, “Bagaimana pendapat engkau jika penguasa yang memerintah kami menuntut haknya namun tidak menunaikan hak kami, apa yang engkau perintahkan kepada kami? Lalu Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berpaling darinya, kemudian Salamah bertanya lagi kedua kali atau ketiga kalinya. Lalu Al Asy’ats bin Qais menariknya dan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berkata: Patuhi dan taatilah ia, karena mereka akan menanggung tanggung jawabnya dan kalian menanggung tanggung jawab kalian.” (HR.
Dalam hadits lainnya, dari Hudzaifah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka.” (HR.
B eberapa faktor yang menyebabkan timbulnya ajaran-ajaran sesat, di antaranya:. Bodoh tentang agama ( اَلْجَهْلُ بِالدِّيْن ).
Perkara ini terjadi disebabkan karena beberapa hal, seperti, ketidak inginan seseorang mepelajari hakikat syari’at Islam dan aqidah Islam. Adakalanya belajar agama tapi tidak tamat, dalam artian setengah-tengah atau tanggung-tanggung, sehingga terjadi kesamaran dan tidak jelas dihadapannya yang hak dari yang batil, maka ia menganggap yang hak adalah batil dan yang batil adalah hak. Konflik politik dan Politisasi Agama ( َالْخِلاَفُ السِّيَاسِيُ وَتَسْيِيْسُ الدِّيْن ) sebagaimana yang terjadi dalam sejarah penubuhan sekte-sekte teologi Islam).
Unsur kesengajaan ( اَلتَّخْرِيْبْ ), alias mempunyai niat jahat untuk menghancurkan sendi-sendi agama sehingga melakukan ”sabotase”. Usaha semacam ini identik dengan usaha yang dilakukan oleh kalangan sekuler dan liberal, melalui berbagai propaganda, seperti menamakan diri sebagai gerakan: rasionalis (al-‘Aqlaniyah), pencerahan (at-Tanwir), kebangkitan (an-Nahdhah), dan terminologi-terminologi lain yang mungkin dapat membuat sebagian orang merasa tertarik dan terpengaruh. Sebab slogan-slogan tersebut mengandung semangat kemoderenan (sprit of the times). Namun pada hakikatnya adalah 'Tazwir ad-Din wa al-Afkar' (Mengaburkan agama, baik yang berkaitan dengan syari’at ataupun aqidah). Atau sekurang-kurangnya dengan bahasa yang lebih halus ”Reformasi Wacana keIslaman”, yang di dunia arab dikenal dengan istilah: ”Tajdid al-Din atau al-Khitab al-Islami”. Ada juga istilah yang baru-baru ini muncul, yaitu: ”Tathwir ad-Din” (Mengembangkan agama), yang kesemuanya ditopang dengan konsep barat yang dikenal dengan: ”Hermeneutika”.
Pada -eramuslim.com. Penulis telah menulis sebuah artikel dengan judul ”Konsep Ta’wil Bathiniyah & Pengaruhnya Terhadap Hermeneutika (Liberal)”,. Keliru dalam memahami konsep agama atau metode istinbat ( خَطَأُ الْفَهْمِ عَنِ الدِّيْنْ ), seperti kurangnya pengetahuain tentang kaedah-kaedah dalam berbagai disiplin ilmu Islam, ilmu ushul fiqh, ilmu tafsir dan ilmu hadits. Sebagaimana yang terjadi dalam syi’ah Isma’iliyah dan Syi’ah Imamiyah, mereka tidak membedakan ayat muhkamat ataupun ayat mutasyabihat, oleh karena itu seluruh ayat al-Qur’an bagi mereka dapat dita’wilkan sesuai pemahaman dan tuntunan mazhab mereka. Berlebih-lebihan atau menganggap remeh ajaran agama ( اَلإِفْرَاطُ وَالتَّفْرِيْطُ ) atau dengan kata lain: ekstrim dan radikal, sehingga menimbulkan sifat ta’assub (merasa paling benar). Sifat ini telah digambarkan oleh Qur’an dalam beberapa firman Allah Swt:. ( وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنزَلَ اللّهُ قَالُواْ بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ شَيْئاً وَلاَ يَهْتَدُونَ ).
“Dan apabila dikatakan kepada mereka:'Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah'. Mereka menjawab: '(Tidak) tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami'. '(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk'. Imam at-Thabari dalam tafsir ”Majma’ al-Bayan”, menyebutkan bahwa ayat di atas ditujukan kepada kaum Yahudi dan Nasrani, di mana Allah swt mengecam berbagai ideologi mereka, Nasrani mengatakan bahwa Isa as adalah anak Allah, sebagian mengatakan bahwa Isa adalah Tuhan dan terlebih lagi dengan konsep Triniti yang dicipta sendiri oleh mereka. Begitu halnya dengan Yahudi yang melekatkan sifat-sifat bagi Allah, namun tidak layak bagi-Nya, seperti anggapan bahwa Allah hanyalah sekedar zat yang fakir, tangan Allah terbelenggu dan sebagainya. Oleh karena itu Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa kesesatan berpikir dan bid’ah-bid’ah yang ditimbulkan oleh golongan Khawarij bukanlah karena mengingkari agama atau menolak kebenaran agama, tetapi karena kebodohan dan kesesatan dalam memahami makna-makna al-Qur’an. Di tempat lain Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa: ”Penyebab terjadinya kesesatan pada sebagian kalangan pengamal tasawwuf adalah karena keyakinan mereka yang mendalam dan berlebihan (ekstrim) terhadap para nabi dan para ulama shaleh (Waliyullah)”.
Gerakan ini beranggapan bahwa merekalah yang akan membangkitkn Islam di hari kemudian kelak. Memang benar bahwa banyak dalil yang menjelaskan Islam akan berjaya kembali namun tidak ada penjelasan bahwa NII-lah yang menjayaknnya. Hal ini masih ghaib dan tidak ada yang tahu secara pasti seperti yang dijelaskan pada QS An-Naml ayat 65: “Katakanlah: ‘Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.”. Syari’at yang ditegakkan hanya menggunakan Al-Quran sebagai segala sumber pengambilan keputusan. Karena menurutnya Al-Quran adalah buku tata negara yang terdapat segala ilmu kehidupan manusia di dalamnya.
Mereka tidak menggunakan hadis dikarenakan menurut mereka banyak yang dhaif, kecuali hadis itu menguntungkan bagi mereka. Dana umat yang di sedot oleh NII struktural adalah (satu trilyun empat ratus satu milyar dua ratus juta rupiah) yang kemudian diwujudkan dalam bentuk bangunan Al-Zaytun yang konon biayanya menelan angka sampai hitungan sekitar 4 trilyun rupiah.
Jama’ah Tabligh adalah salah satu dari jama’ah dakwah yang hingga sekarang tetap eksis keberadaannya, Jama’ah Tabligh didirikan oleh Syaikh Maulana Ilyas bin Syaikh Muhammad Ismail Al-Kandahlawi Al-Hanafi –Rahimahullah- di benua hindia, tepatnya di kota Sahar Nufur. Beliau dilahirkan tahun 1303 H. Di lingkungan keluarga yang mengikuti thariqat Al-Jitsytiyyah ash-Shufiyyah. Beliau orang yang hafidz (hafal Qur’an) dan menimba ilmu di Madrasah Diyuband setelah diba’iat oleh guru besar Thariqat, Syaikh Rasyid Ahmad Al-Katskuhi. Pusat perkembangan jama’ah tabligh ada di India, tepatnya perkampungan Nidzammudin, Delhi. Mereka memiliki masjid sebagai pusat tabligh yang dikeliliingi oleh 4 kuburan wali.
Mereka terkesan sangat mengagungkan masjid tersebut dan menganggap suci masjid yang ada kuburannya tersebut. Da’wah jama’ah tabligh menyebar hingga ke Pakistan, Bangladesh dan negara-negara asia timur dan menyebar hingga ke seluruh dunia. Tujuan dakwah mereka adalah membina ummat islam dengan konsep khuruj/jaulah yang lebih menekankan kepada aspek pembinaan suluk/akhlak, ibadah-ibadah tertentu seperti dzikir, zuhud, dan sabar. Jama’ah tabligh bermanhaj shufi dalam masalah aqidah. Tasawwuf sangatlah mendominasi anggota-anggota jama’ah dimana mereka sangat bersemangat dalam ibadah, dan dzikir, melatih diri dengan sedikit makan dan minum, tidur dan berbicara. Mereka juga mencurahkan perhatian besar terhadap mimpi dan takwilnya.
Aqidah mereka menurut pandangan ahlus sunnah wal jama’ah adalah rusak dan khatir, sesat dan menyesatkan. Aqidah jama’ah tabligh tercampur baur dengan syirik, khurafat, bid’ah, wihdatul wujud dan hulul. Perkembangan Jamaah Tabligh di kota banjar masin di awali dengan kedatangan H. Firdaus dan dr.
Noor dari mesjid kebon jeruk Jakarta dan H. Zaini dari Lampung pada tahun 1975 guna melakukan khuruj atau dakwah (tabligh).
Hingga tahun 1987, kegiatan khuruj yang dilakukan JT di Banjarmasin masih dilakukan para pendatang, yang biasanya menetap 20 hari dalam setahun dengan jumlah anggota yang sangat terbatas. JT di Banjarmasin mulai mengalami perkembangan cukup berarti setelah kepulangan Ustadz Luthfi, penduduk asli Banjarmasin, dari menuntut ilmu di Mesir dan Madinah. Dengan bekal ilmu agama yang cukup, hafizh al-Qur’an, dan tutur kata yang mempesona dalam berceramah, semasa kuliah sudah menjadi aktifis JT, dia mampu menarik perhatian banyak orang untuk ikut secara suka rela menjadi anggota dan terlibat secara aktif dalam kegiatan JT. Semakin lama jumlah anggota JT semakin banyak, sehingga dirasa perlu untuk menyediakan tempat permanen sebagi pusat pembinaan dan dakwah.
Meskipun sudah berkembang dan banyak pengikut kita harus tetap berpegang teguh bahwa Aqidah mereka menurut pandangan ahlus sunnah wal jama’ah adalah rusak dan khatir, sesat dan menyesatkan. Aqidah jama’ah tabligh tercampur baur dengan syirik, khurafat, bid’ah, wihdatul wujud dan hulul.
Orang Ahmadiyah mempunyai perhitungan tanggal, bulan dan tahun sendiri. Nama-nama bulan Ahmadiyah adalah: 1. Sedang tahunnya adalah Hijri Syamsi yang biasa mereka singkat dengan HS.
Dan tahun Ahmadiyah saat penelitian ini dibuat 1994 M/1414 H adalah tahun 1373 HS. Kewajiban menggunakan tanggal, bulan, dan tahun Ahmadiyah tersendiri tersebut di atas adalah perintah khalifah Ahmadiyah yang kedua yaitu: Basyiruddin Mahmud Ahmad. Secara ringkas, Ahmadiyah mempunyai nabi dan rasul sendiri, kitab suci sendiri, tanggal, bulan dan tahun sendiri, tempat untuk haji sendiri serta khalifah sendiri yang sekarang khalifah yang ke-4 yang bermarkas di London Inggris bernama: Thahir Ahmad. (Setelah Tahir Ahmad mati, kemudian digantikan khalifah yang kelima). Semua anggota Ahmadiyah di seluruh dunia wajib tunduk dan taat tanpa reserve kepada perintah dia. Orang di luar Ahmadiyah adalah kafir, sedang wanita Ahmadiyah haram dikawini laki-laki di luar Ahmadiyah. Orang yang tidak mau menerima Ahmadiyah tentu mengalami kehancuran.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua hal, kalian tidak akan sesat jika berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah (Hadits).” (HR. Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini hasan). Dari hadits ini jelaslah bahwa cara agar terhindar dari kesesatan adalah berpegang teguh terhadap Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.
Yaitu dengan mempelajarinya, lalu mengamalkannya. Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tidaklah aku biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (HR. Bukhari dan Muslim). Pada hadits tersebut terdapat isyarat pentingnya mempelajari ilmu agama, yaitu Al Qur’an dan Hadits. Karena pada hakekatnya, orang yang terjerumus dalam kesesatan adalah orang yang tidak paham dan tidak mengerti ilmu agama dengan baik dan benar. Sebagaimana Allah Ta’ala mensifati orang-orang musyrikin yang sesat sebagai orang-orang yang tidak paham: (yang artinya) “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar dan memahami?
Banyaknya Aliran Sesat Di Indonesia
Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu” (QS.Al Furqan: 44). Secara ringkas, ada beberapa tips yang dapat dilakukan agar seseorang terhindar dari pengaruh aliran sesat, antara lain:. Mempelajari ilmu agama. Selain karena hukumnya wajib, dengan mempelajari agama seseorang akan mampu mengetahui ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan Islam namun disamarkan seolah merupakan ajaran Islam. Hadirilah majelis-majelis ta’lim yang dibimbing oleh ustadz yang terpercaya.
Paham Nasionalisme
Belilah buku, majalah, VCD atau MP3 yang berisi kajian Islam ilmiah yang membahas Al Qur’an dan hadits di dalamnya. Terakhir, penulis menasehati diri sendiri dan kaum muslimin sekalian agar membudayakan sikap saling menasehati dalam kebaikan. Karena Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasehat” (HR.Bukhari dan Muslim). Maka tulisan ini adalah bentuk nasehat di balik sebuah harapan besar agar kaum muslimin sekalian terhindar dari jalan-jalan kesesatan dan bersatu di jalan kebenaran.
Sehingga jika pembaca menemukan ciri-ciri aliran sesat sebagaimana telah disebutkan, kewajiban pertama adalah menasehati. Bukan menyesat-nyesatkan, mencaci-maki, melakukan aksi anarkis apalagi memvonis kafir. Sebab, terjerumus dalam jalan kesesatan belum tentu kafir.
Drs H Hartono bin Ahmad Jaiz, demikian nama lengkap laki-laki kelahiran Boyolali, 1 April 1953 ini. Tamat dari Fakultas Adab/Sastra Arab IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Sunan Kalijaga Yogyakarta 1980-1981. Sebelumnya, belajar di PGA (Pendidikan Guru Agama) 6 tahun Negeri di Solo Jawa Tengah 1968-1973.
Selama belajar di PGAN Solo mondok di Pesantren Jenengan tempat Pak Munawir Sjadzali mantan Menteri Agama mondok dulu, di bawah pimpinan KH Ma’ruf, dulunya guru di Madrasah Mamba’ul ‘Ulum (kini pesantren itu telah tiada). Dan beberapa tahun setiap Ramadhan Hartono ikut mengaji kitab-kitab agama di Pesantren Kacangan Andong Boyolali. Hartono menjadi wartawan Pelita 1982 sampai 1996, kemudian dialihkan menjadi Kepala Bagian Perpustakaan dan dok Drs H Hartono bin Ahmad Jaiz, demikian nama lengkap laki-laki kelahiran Boyolali, 1 April 1953 ini.
Tamat dari Fakultas Adab/Sastra Arab IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Sunan Kalijaga Yogyakarta 1980-1981. Sebelumnya, belajar di PGA (Pendidikan Guru Agama) 6 tahun Negeri di Solo Jawa Tengah 1968-1973. Selama belajar di PGAN Solo mondok di Pesantren Jenengan tempat Pak Munawir Sjadzali mantan Menteri Agama mondok dulu, di bawah pimpinan KH Ma’ruf, dulunya guru di Madrasah Mamba’ul ‘Ulum (kini pesantren itu telah tiada). Dan beberapa tahun setiap Ramadhan Hartono ikut mengaji kitab-kitab agama di Pesantren Kacangan Andong Boyolali. Hartono menjadi wartawan Pelita 1982 sampai 1996, kemudian dialihkan menjadi Kepala Bagian Perpustakaan dan dokumentasi sampai 1997. Ketika mengangkat kasus pemberitaan 62 jenis makanan diduga mengandung lemak babi 1989, dirinya sempat diinterogasi 2 hari, namun dinyatakan tidak bersalah oleh para penginterogasi di Gedung Bundar Kejaksaan Agung Jakarta. Diutus oleh Harian Pelita dan DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) untuk meliput kondisi umat Islam Bosnia Herzegovina yang diserbu dan dibantai Serbia.
Aliran Kepercayaan Di Indonesia
Tugas meliput itu dilaksanakan sampai Mostar Bosnia Herzegovina dan di kamp-kamp pengungsi di Zagreb Croatia, dan Nagyatad Hongaria serta meliput masyarakat Muslim di Buddapes ibukota Hongaria, Desember 1992. Menjadi pengasuh rubrik Islamika di Majalah Media Dakwah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia sejak 1998.
Menjadi anggota tim editor terjemahan Tafsir Ibnu Katsir, Yayasan Imam Syafi’I di Bogor, sejak 1999. Kemudian menjadi Ketua Lajnah Ilmiah LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) di Jakarta sejak 1998. Aktifitas Ahmad Jaiz sekarang lebih banyak diisi dengan dakwah dan menulis buku. Buku-buku beliau lebih banyak tentang pemikiran yang membongkar pemikiran-pemikiran sesat di Indonesia. Beberapa buku yang pernah ditulis cukup membuat umat terhenyak adalah Ada pemurtadan di IAIN, Bila Kyai menjadi Tuhan, dan Bahaya Islam Liberal.
Karena buku-bukunya itulah ia kerapkali diteror pihak-pihak yang tidak senang padanya. Tapi Alhamdulillah Allah SWT masih memberikan perlindungan kepadanya.